Kamis, 04 Desember 2008

KMB-TRAUMA TUMPUL ABDOMEN

LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU



OLEH:


ERNI NOVRIANI, S.Kep
NIM: 0811465770


Pembimbing Akademik: Erwin, SKp. M.Kep
Pembimbing Lapangan: Ns. Azlina, S.Kep


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

A. DEFINISI
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997). Terjadinya trauma pada abdomen, dimana trauma ini tidak memberikan kelainan yg jelas pada permukaan abdomen, tetapi dapat mengakibatkan kontusio atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya.

B. ETIOLOGI
• Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
• Hancur (tertabrak mobil)
• Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
• Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
• Jatuh 
• Pukulan

C. PATOFISIOLOGI
a) Memar pada dinding abdomen, baik pada kulit dan otot di bawanhya sering ditemukan pada trauma abdomen. Dimana perdarahan subkutanea banyak mungkin nampak dari daerah permulaan menjadi area yang besar pada dinding abdomen, khususnya pada bagian bawah mungkin nampak sampai kanalis inguinalis atau di skrotum atau labia. Lebih sering disertai luka lecet. Tendangan yang meninggalkan lecet, kecuali terlindungi paakaian. Memar bentuk jari atau buku jari mungkin nampak, khususnya pada kasus penyiksaan anak. Pada bayi jejak jari nampak pada kedua sisi abdomen, dimana jari-jari oang dewasa dapat mengangkat tubuh bayi, sehingga umum pada garis aksilaris pada dada. Perlukaan yang berat atau fatal bisa disertai atau tanpa adanya tanda pada kulit. Ini dapat terjadi bila ada perlindungan dari pakaian atau kekerasan terjadi pada daerah yang luas. Pada bayi, hepar, mesenterium, duodenum dapat ruptur tanpa disertai tanda pada bagian luar.

b) Perdarahan yang luas ke dalam rongga peritoneum, biasanya berasal dari pecahnya viskus yang solid dan perdarahan mesenterium

c) Memar atau ruptur lambung dan diafragma namun lambung lebih kurang rentan dibanding ususl. Namun dapat robek akibat dorongan ke atas yang berat oleh penuhnya cairan atau darah.

d) Usus dan mesenteriumnya sering rusak pada trauma abdomen. Memar yang luas dari usus dan pembuluh darah mesenterium dapat terjadi dimana sebagian besar berasal dari tumbukan dengan bagian yang menonjol dari vertebra lumbal di garis tengah. Duodenum dan yeyunum rentan dengan penekanan terhadap vertebra, khususnya pada anak-anak, dimana tekanan yang berat pada pusat atau bagian atas abdomen dapat memotong bagian ketiga duodenum hampir mirip degan pemotongan dengan pisau bedah. Robekan pada mesenterium tidak umum baik pada kecelakaan lalu lintas maupun pada penyerangan. Mekanisme yang sama dari serangan kompresi pada tulang lumbal menyebabkan memar dan robekan dari bagian tengah mesenterium, dimana biasanya terjadi pada membran bagian tepi dari usus halus. Perdarahan yang hebat dapat terjadi pada keadaan dimana tindakan bedah sering tidak diberikan karena kondisi yang tidak dikenal. Tendangan dan pukulan diabdomen bisa diderita oleh pemabuk dimana terjadi ketidaktahuan atas luka mereka sampai beberapa jam kemudian.

e) Ruptur pada limpa setelah trauma memerlukan tindakan operasi yang segera, tapi mungkin dapat ditemukan pertama kali pada saat autopsy. Bila diagnosa belum dapat dipastikan, malaria, glandular fever dan infeksi lainnya meningkatkan resiko dari ruptur. Limpa dapat hancur akibat tabrakan pada permukaan atau akibat tarikan pada pedikelnya.

f) Ruptur pada hati juga merupakan lesi yang serius yang biasa ditemukan pada trauma abdomen, seperti contohnya akibat jatuh dari ketinggian atau karena crush injury diantara dua gerbong kereta.

g) Trauma pada ginjal.
Tabrakan akibat kecelakaan dapat menyebabkan hancurnya ginjal, penyebab lainnya adalah tendangan tapi merupakan trauma yang tidak umum. Perdarahan perirenal lebih sering terjadi dibandingkan dengan kerusakan pada organ ginjalnya sendiri. Pembuluh darah suprarenal dapat rusak karena tabrakan dan menurut statistik di Inggris, Arteri suprarenal kanan lebih sering dari arah pinggang.

D. KLASIFIKASI
Trauma pada dinding abdomen terdiri kontusio dan laserasi.
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi (Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Sjamsuhidayat (1997) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

E. MANIFESTASI KLINIK
Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi:
1. nyeri tekan
2. nyeri spontan
3. nyeri lepas
4. distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.
5. syok
6. takikardi
7. peningkatan suhu tubuh
8. leukositosis
(Sjamsuhidayat, 1997)

F. PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi abdominal
• Inspeksi bagian depan tubuh, pinggang dan punggung untuk adanya perubahan warna, asimetris dan abrasi
• Observasi peningkatan distensi abdomen (ukur lingkar abdomen saat masuk)
• Menanykan nyeri yang menyebar
• Auskultasi bising usus
• Pantau TTV 
E. Pengkajian Data
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah:
1. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi 
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.

4. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
9. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
F. PEMERIKSAAAN DIAGNOSTIK
• Urinalisa : Infeksi saluran kemih (hematuri)
• Seri kadar hematokrit : cendrung menggambarkan ada atau tidakadanya perdarahan
• Hitung darah lengkap : Jumlah sel darah putih meningkat pada trauma adalah umum
• Sinar X : Menunjukan udara bebas di bawah diafragma yang menunjukan ruptur

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Intervensi
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan
Intervensi : 
a. Kaji tanda-tanda vital
R/ untuk mengidentifikasi defisit volume cairan
b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
R/ mengidentifikasi keadaan perdarahan
c. Kaji tetesan infus
R/ awasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan
d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
R/ cara parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh
e. Tranfusi darah
R/ menggantikan darah yang keluar

2. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen
Tujuan : Nyeri Teratasi
Intervensi : 
a. Kaji karakteristik nyeri
R/ mengetahui tingkat nyeri klien
b. Beri posisi semi fowler.
R/ mengurngi kontraksi abdomen
c. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi
R/ membantu mengurangi rasa nyeri dengan mmengalihkan perhatian
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ analgetik membantu mengurangi rasa nyeri
e. Managemant lingkungan yang nyaman
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan rasa nyaman klien

3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh, inkontinuetas jaringan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi : 
a. Kaji tanda-tanda infeksi
R/ mengidentifikasi adanya risiko infeksi lebih dini
b. Kaji keadaan luka
R/ keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi
c. Kaji tanda-tanda vital
R/ suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi
d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
R/ teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial
e. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar.

 
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. 
Sjamsuhidayat. (1997). Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, LJ. (1998). Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Jakarta: Edisi 6. EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
 
 
Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik jaringan.
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut teratasi/terkontrol dengan KH:
- Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.
- Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
- Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
- Pergerakan penderita bertambah luas.
- Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.
S: 36-37,5 0C
N: 60 – 80 x /menit T : 100-130 mmHg RR : 18-20 x/menit 1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.



3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.


7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
 1. Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 
2. Pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan. 
3. Rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri. 
4. Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien. 
5. Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin. 
6. Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman. 
7. Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL
Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keseimbangan volume cairan klien dapat teratasi
KH:
- TTV dalam batas normal S: 36-37,5 0C
N: 60 – 80 x /menit T : 100-130 mmHg RR : 18-20 x/menit
- syok hipovolemik tidak terjadi
- Hb dalam batas normal
(12-16 perempuan)
(13-18 laki-laki)
 a. Kaji tanda-tanda vital

b. Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin

c. Kaji tetesan infus

d. Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

e. Tranfusi darah
 a. Mengidentifikasi defisit volume cairan 

b. Mengidentifikasi keadaan perdarahan


c. Mengawasi tetesan untuk mengidentifikasi kebutuhan cairan
d. Parenteral membantu memenuhi kebutuhan nuitrisi tubuh 

e. Menggantikan darah yang keluar




Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh, inkontinuetas jaringan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN/ SASARAN INTERVENSI RASIONAL
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh, inkontinuetas jaringan.
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak terjadi
KH:
- leukosit dalam batas normal (5000-10.000)
- tidak terjadi hipertermi
 a. Kaji tanda-tanda infeksi

b. Kaji keadaan luka

c. Kaji tanda-tanda vital

d. Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi

e. Kolaborasi pemberian antibiotik


 a. Mengidentifikasi adanya risiko infeksi lebih dini 

b. Mengetahui keadaan luka yang diketahui lebih awal dapat mengurangi resiko infeksi 

c. Suhu tubuh naik dapat di indikasikan adanya proses infeksi 

d. Teknik aseptik dapat menurunkan resiko infeksi nosokomial 

e. Antibiotik mencegah adanya infeksi bakteri dari luar.

Tidak ada komentar: