Kamis, 04 Desember 2008

KEP.ANAK-SEPSIS

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS SEPSIS NEONATORUM
DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD ARIFIN ACMAD PEKANBARU

ERNI NOVRIANI, S.Kep
0811465770





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008 

SEPSIS NEONATORUM


A. Pengertian
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000)
Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)

B. Etiologi
1. Streptococus group B (SGB)
2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu
3. Virus herpes simplek
4. Enterovirus
5. E. Coli
6. Candida
7. Stafilokokus

C. Faktor Resiko
1. Faktor maternal
a. Ruptir selaput ketuban yang lama
b. Persalinan prematur
c. Amnionitis klinis
d. Demam maternal
e. Manipulasi berlebihan selama proses kehamilan
f. Persalinan yang lama
2. Faktor lingkungan
a. kateter umbilikus arteri dan vena
b. selang sentral
c. selang endotrakea
d. teknologi invasif
e. pemberian susu formula
3. Faktor pejamu
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Berat lahir rendah (Bobak, 2005).

D. Patofisiologis 
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).

E. Manifestasi klinis
1. Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
(Arif, 2000)

F. Pemeriksaan diagnostik
1. biakan darah (pada darah tepi ditemukan neutropenia, trombositopenia)
2. Analisa Gas Darah (AGD)
3. fungsi lumbal
4. analisis dan kultur urine
5. foto dada
6. EKG (perubahan segmen ST dan gelombang T, dan disritmia yang menyerupai infark miokard)
(Arif, 2000)
G. Penatalaksanan
1. suportif
monitoring cairan, elektrolit dan glukosa
2. Kausatif
Antibiotik (golongan penisilin)

H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolisme
2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
3. resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial
4. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan, 
5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
6. resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem imun
7. kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
(Doenges, 2000)

I. Intervensi keperawatan dan rasional
1. hipertermi b/d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi, peningkatan metabolisme
a. pantau suhu pasien
R: suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut
b. pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasi
R: suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol
R: membantu mengurangi demem 
d. kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofen
R: mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus
2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
a. pertahankan tirah baring
R: menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen 
b. pantau perubahan pada tekanan darah
R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah
c. pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia
R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia
d. kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas
R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak
e. catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal
f. kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan
R: mengetahui status syok yang berlanjut
g. kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral
R: mempertahankan perfusi jaringan
h. kolaborasi dalam pemberian obat
R: mempercepat proses penyembuhan
3. resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kebocoran cairan kedalam intersisial
a. catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya
R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia
b. pantau tekanan darah dan denyut jantung
R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah
c. kaji membrane mukosa
R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi
d. kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid
R: cairan dapat mengatasi hipovolemia
4. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman oksigen kedalam jaringan
a. pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
R: meningkatkan ekspansi paru-paru
b. pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas
R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin
c. auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi
R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial
d. catat adanya sianosis sirkumoral
R: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequat
e. selidiki perubahan pada sensorium
R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
f. sering ubah posisi
R: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi
g. kolaborasi dalam pemberian oksigen
R: mengoreksi hipoksemia

J. Reverensi
Arif, mansjoer (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC.
Behrman (2000). Nelson ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.
Bobak (2005). Buku ajar keperawatn maternitas. Jakarta: EGC.
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.




WOC SEPSIS NEONATORUM



Bakteri virus kontaminasi sistemik



  Pelepasan endotoksi peradangan peningkatan IL 1&6  

  Perubahan fungsi miokaridum hipotalamus

  Gangguan proses pernapasan pusat termuregulator

  Gangguan fungsi mitokondria ketidakstabilan suhu

  Kerusakan dan kematian sel  

  Penurunan perfusi jaringan

  Asidosis metabolik Ggn proses metabolisme distensi abdomen 

  Syok septik insufisiensi adrenalin mual, muntah

  Sepsis neonatorum kegagalan sum-sum tulang Anorexia

  Anemia 

Tidak ada komentar: