LAPORAN PENDAHULUAN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)
DI PUSKESMAS LANGSAT
PEKANBARU
ERNI NOVRIANI, S.Kep
NIM: 0811465770
Pembimbing Akademik: Misrawati, SKp. M.Kep. Sp.Mat
Tanggal Praktik: 1 Desember 2008 – 6 Desember 2008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008
INFEKSI SALURAN NAFAS AKUT (ISPA)
Defenisi
ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru. Infeksi saluran pernapasan akut adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan terutama paru-paru, termasuk penyakit tenggorokan dan telinga. Infeksi saluran pernapasan akut diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu infeksi saluran pernapasan akut berat (pneumonia berat) ditandai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada saat inspirasi, infeksi saluran pernapasan akut sedang (pneumonia) ditandai dengan frekuensi pernapasan cepat yaitu umur di bawah 1 tahun; 50 kali/menit atau lebih cepat dan umur 1-4 tahun; 40 kali/menit atau lebih. Sedangkan infeksi saluran pernapasan akut ringan (bukan pneumonia) ditandai dengan batuk pilek tanpa napas cepat dan tanpa tarikan dinding dada (Depkes RI,1990).
Klasifikasi dan Diagnosis dalam Penangulangan ISPA
1. Kalsifikasi Pnemonia dan bukan pnemonia Dalam penentuan klasifikasi penyakit dibedakan atas 2 kelompok, yaitu :
1. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat, pnemonia dan bukan pnemonia
2. Kelompok umur < 2 bulan , klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat dan bukan pnemonia
2. Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai peningkatan frekwensi nafas(nafas cepat) sesuai umur. Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekwensi pernafasan dengan menggunkan sound timer. Batas nafas cepat adalah :
1. pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih
2. pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 40 kali per menit atau lebih
3. pada anak usia kurang 2 bulan frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih
Diagnosis pnemonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan diagnosis pnemonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum. Pada klasifikasi bukan penmonia maka diagnosisnya adalah : batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.
Etiologi
1. Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebeb ISPA antara lain darin genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus penyebeb ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
2. Etiologi Pnemonia. Penyebab pnemonia pada balita sukar ditegakkan karena dahak sukar diperoleh. Menurut publikasi WHO bahwa penyebab pnemonia adalah Streptokokus pnemonia dan Hemopillus inluenzae.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Patofisiologi
Bakteri, virus, udara yang buruk mengandung partikel kuman masuk ke saluran pernapasan melalui saluran atas kemudian menyerang bagian-bagian dari saluran pernapasan individu yang mengalami penurunan imunitas tubuh yang pada awalnya ditunjukkan dengan tanda sakit pada area organ pernapasan tertentu yang kemudian menyebabkan reaksi peradangan dan inflamasi timbulnya dapat disertai dengan peningkatan suhu tubuh.
GEJALA KLINIS :
a. Febris, filek kental, bisa bercampur darah
b. Nyeri : Kepala
c. Hidung :
- buntu homolateral
- Suara bindeng.
Pencegahan
1. Pencegahan penyakit pnemonia dapat dilakukan dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai
2. Perilaku hidup bersih dan sehat dan menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
3. Peningkatan gizi balita
4. Immunisasi.
5. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Deteksi Dini oleh Masyarakat / Kader
Bila kader/masyarakat menemukan balita dalam keadaan batuk, sukar bernafas segera dibawa ke Puskesmas/UPK terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
Pengobatan
Semua penderita pnemonia diberi antibiotic.
Sistem Kewaspadaan Dini
Bila terjadi peningkatan kasus pada suatu wilayah segera dilakukan intervensi oleh Puskesmas dengan melakukan care seeking (kunjungan rumah) dan melakukan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin, E. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dahlan, Z. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Press.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. (1992). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta: Depkes RI Press.
Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Kamis, 04 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar