Kamis, 04 Desember 2008

KMB-PNEUMOTORAKS

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN HYDRO PNEUMOTORAKS DI RUANG NURI II
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

ERNI NOVRIANI
0811465770













PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008


PNEUMOTORAKS

A. Definisi
Pnemotoraks adalah kolaps paru-paru / pneumothoraks (pneumothorax) adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura. (Anonim, 2008)
Pneumotoraks adalah adanya udara didalam rongga pleura, akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma (Price, 1995)
Hydro Pnemothoraks adalah adanya air dan udara di dalam rongga pleura, akibat robekan pleura visceral yang menyebabkan penimbunan air dan udara di dalam rongga thoraks.

B. Etiologi 
1. Pneumotoraks spontan 
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. 
Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
2. Pneumotoraks traumatik 
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).
3. Pneumotoraks karena tekanan 
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehinggga terjadi syok.
C. Patofisiologi
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara alveoli atau ruang udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada; udara akan masuk ke rongga pleura sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup. Pada pneumotoraks spontan baik primer maupun sekunder mekanisme yang terdahulu yang terjadi, sedang mekanisme kedua dapat dijumpai pada jenis traumatik dan iatrogenik.

D. Menifestasi klinis
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). 
Gejalanya bisa berupa: 
1. Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk 
2. Sesak nafas 
3. Dada terasa sempit 
4. Mudah lelah 
5. Denyut jantung yang cepat 
6. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
7. Hidung tampak kemerahan 
8. Cemas, stres, tegang 




E. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar x dada: menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural
2. GDA: PaCo2 kadang-kadang meningkat, PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
3. Hb: mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
(Doenges, 2000)

F. Penatalaksanaan
Mempunyai dua tujuan, yaitu: 
1. Menghilangkan udara dalam rongga pleura. 
2. Menurunkan/mencegah kemungkinan terjadinya pneumotoraks spontan berulang. 
Penatalaksanaan pneumotoraks spontan pada khususnya maupun pneumotoraks jenis lain, pada umumnya (bergantung pada derajat/luasnya pneumotoraks tersebut), mulai dari yang ringan sampai dengan berat dan berulang: 
a. Observasi. 
b. Pemberian O2
c. Aspirasi. 
d. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD). 
e. Pleurodesis. 
f. Torakotomi. 

G. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: dispneadengan aktivitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda: takikardi, disritmia, irama jantung gallop, nadi apikal berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, TD hipertensi atau hipotensi, DJV
3. Integritas ego
Tanda: ketakutan atau kegelisahan

4. Makanan/cairan
Tanda: adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk, nyeri mungkin menyebar kebahu, leher, abdomen
Tanda: berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah
6. Pernapasan
Gejala: kesulitan bernafas, batuk
Tanda: takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher, retraksi interkosta, bunyi nafas menurun, fremitus menurun, perkusi dada hiperresonan diatas area terisi udara, bunyi pekak di atas area yang terisi cairan, gerakan dada tidak sama, kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan, ansietas, gelisah, bingung, pingsan
7. Keamanan
Gejala: Adanya trauma dada
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat TB, kanker

H. Diagnosa keperawatan
1. pola nafas tak efektif b/d penurunan ekspansi paru, nyeri, proses inflamasi
2. intoleransis aktivitas b/d dispnoe, kelelahan, kelemahan
3. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
4. kurang pengetahuan b/d kurang informasi






I. Rencana keperawatan
1. pola nafas tak efektif b/d penurunan ekspansi paru, nyeri, proses inflamasi
Tujuan : pertukaran gas kembali normal.
KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
a. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis
b. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
c. Beri oksigen sesuai program
d. Monitor AGD
e. Ciptakan lingkungan yang nyaman
f. Cegah terjadinya kelelahan
2. intoleransis aktivitas b/d dispnoe, kelelahan, kelemahan
KH: tidak ada sesak, denyut nadi dalam batas normal, tidak muncul sianosis
Rencana tindakan:
a. evaluasi respon pasien terahadap aktivitas
b. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
c. Membantu pasien untuk berada pada posisi yang nyaman untuk beristirahat atu tidur
d. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan self care
3. Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi..
Rencana tindakan : 
a. Kaji status nutrisi klien
b. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)
c. Timbang BB klien setiap hari.
d. Kaji adanya mual dan muntah
e. Berikan diet sedikit tapi sering 
f. Berikan makanan dalam keadaan hangat
g. kolaborasi dengan tim gizi

4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
KH :menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

a. Jelaskan tentang penyakit pasien
b. Diskusikan obat pernafasan,efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
c. Tunjukkan tehnik penggunaan inhakler.
d. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
e. Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
f. Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifanya.


J. Reverensi
Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
 Edisi, 8. Jilid 1. Jakarta: EGC
  
Doenges (2000). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
Price, Sylvia (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar: