Kamis, 04 Desember 2008

KMB-NEFROLITIASIS

LAPORAN PENDAHULUAN
NEFROLITIASIS DI RUANGAN CENDRAWASIH I
RSU ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU


OLEH



ERNI NOVRIANI
0811465770


Pembimbing Akademik: ERWIN, M.kep
Pembimbing Lapangan:Ns. Azlina, Skep



PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2008

NEFROLITHIASIS

A. Pendahuluan
Batu ginjal merupakan kejadian yang cukup sering terjadi, mengenai sekitar 5% dari seluruh perempuan Amerika dan 12% dari seluruh pria Amerika. Laporan terbaru menunjukkan bahwa prevalensi batu ginjal ini terus meningkat. Berbagai kemajuan dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan batu ginjal terus ditemukan selama 3 dekade terakhir ini. Mulai dari pencitraan CT helikal, kemajuan pemeriksaan metabolik, dan terapi pembedahan yang semakin tidak invasif – gelombang kejut litotripsi (SWL), nefrolitotomi perkutan (PNL), dan ureteroskopi (USR). Akan tetapi pemahaman kita tentang patogenesis pembentukan batu ginjal, ternyata tidak semaju kemampuan diagnosis dan penatalaksanaannya.
Meskipun telah banyak yang diketahui tentang proses kimiawi pembentukan nefrolitiasis, namun faktor pencetus serta kejadian-kejadian selanjutnya yang akhirnya menyebabkan batu ginjal masih harus dipelajari lebih lanjut. Penelitian-penelitian telah dilakukan menggunakan hewan percobaan dan eksperimen kultur sel; akan tetapi, hasil yang ada masih diragukan, apakah dapat diterapkan pada manusia. Usaha terbaru untuk memahami patogenesis nefrolitiasis pada manusia membuat kita kembali melihat anatomi manusia, histopatologi, dan faktor-faktor metabolik pada berbagai batu ginjal yang terbentuk. Usaha ini didasari pada kenyataan bahwa terdapat berbagai fenotipe batu yang berbeda dan kejadian yang berakhir pada pembentukan batu ginjal diduga akan berbeda pada masing-masing fenotipe.
B. Defenisi
Merupakan suatu penyakit yang salah satu gejalanya adalah pembentukan batu di dalam ginjal. Batu terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat, dan asam urat meningkat.
C. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
1. Keturunan : Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua. 
2. Umur : Penyakit ini paling sering dijumpai pada usia 30-50 tahun. 
3. Jenis kelamin : Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan 
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt. 
2. Iklim dan temperatur 
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi. 
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life. 


D. Patofisiologi
Batu dapat terbentuk karena adanya substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosgat dan asam urat yang meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat adanya defisiensi substansi tertentu seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu adalah pH urin dan status cairan. 
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granular kecil (pasir atau kerikil) sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Faktor-faktor penyakit lain yang dapat mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium di dalam urin dan darah juga menyebabkan pembentukan kalsium.
E. Jenis-jenis batu ginjal
a. Batu Kalsium Oksalat. Sering terdapat sendiri atau bersama-sama dengan kalsium fosfat membentuk batu di sistem urinaria.
b. Batu Sistin. Jarang terjadi, umumnya karena faktor keturunan. Jika terjadi dapat menyebabkan penghancurkan ginjal progresif.
c. Batu Asam Urat. Mempunyai hubungan dengan asam urat dan metabolisme ginjal.
d. Batu Struvit. Umumnya terjadi pada wanita, sebagai akibat infeksi mikroorganisme Proteus dan Klebsiella.


F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
a. Batu di piala ginjal, berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area kostovetebral, adanya hematuria, oliuria, rasa terbakar. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Nyeri mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah (episode kolik renal). Dapat terjadi diare dan ketidaknyaman abdominal, gejala GI akibat dari refleks renointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar. 
b. Batu di ureter, menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Rasa ingin berkemih tetapi hanya sedikit urin yang keluar, batu akan keluar dengan diameter 0,5-1 cm.
c. Batu di kandung kemih, menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan obtruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi urin, distensi abdomen, mual, muntah.


G. Evaluasi Diagnostik
Uji kimia darah dan urin 24 jam untuk mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total.
H. Penatalaksanaan
• Pengurangan nyeri
• Pengangkatan batu dan pelarutan batu
• Terapi nutrisi dan medikasi 
• Lithotripsi gelombang kejut Ekstrakorpeal (ESWL: Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
• Ureteroskopi, mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop, melalu sitoskop. Batu dapat dihancurkan dengan laser, lithotripsielektrohidraulik.
• Pengangkatan bedah, jika batu terletak di dalam ginjal dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi, batu dalam piala ginjal dilakukan pielolitotomi, batu di kandung kemih dilakukan sistostomi.
I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian 
a. Kaji terhadap adanya nyeri, ketidaknyamanan, keparahan dan lokasi nyeri.
b. Kaji gejala yang berhubungan seperti mual, muntah, diare, distensi abdomen. 
c. Kaji tanda-tanda infeksi traktur urinarius (menggigil, demam, disuria, sering berkemih), obstruksi (berkemih sering dengan frekuensi sedikit, oliguria, atau anuria).
d. Riwayat adanya batu ginjal pada keluarga, kanker, diet tinggi kalsium atau purin.
2. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi renal, edema, obstruksi atau perdarahan traktus urinarius.
- Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengeliminasi urin.
- Ansietas berhubungan dengan kemungkinan diagnosa yang berat dan perubahan fungsi ginjal.
- Kurang pengetahuan mengenai prosedur diagnostik dan tes diagnostik.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Yayan. (2008). Nefrolitiasis. Diperoleh tanggal 03 Mei 2008 dari http://www.medicastore.com.

1 komentar:

Janes mengatakan...

thanks utk tulsn anda.... org Melayu.
smoga bisa bermanfaat bagi semua Ners di republik ini....
srn: klo biza dilegkapi lghi...