Kamis, 04 Desember 2008

KMB-FRAKTUR

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR DI RUANGAN CENDRAWASIH II
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU













OLEH



ERNI NOVRIANI
0811465770









PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008






FRAKTUR



A. Defenisi 
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai dengan perlukaan jaringan sekitarnya.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas tulang pada daerah femur. Fraktur ini terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
 
B. Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan, fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu : 
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.

2. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.




C. Anatomi dan fisiologi
Tulang merupakan suatu jaringan yang tersusun dari tiga jenis sel tulang yaitu :
• Osteoblast : Berperan penting dalam mengendapkan kalsium dan phospat kedalam matrik tulang.
• Osteosit : Sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang.
• Osteoklas : Sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang memecahkan matrix dan babarapa enzim yang melarutkan mineral tulang sehingga kalsium dari phospat terlepas dalam aliran darah.

D. Patofisiologi
Fraktur diskontuinitas tulang pergeseran frakmen tulang dapat terjadi perubahan jaringan sekitar dan kerusakan frakmen tulang — laserasi kulit akibat spasme otot tekanan sum-sum tulang lebih tinggi dari kapiler putus vena atau arteri, akibat peningkatan reaksi kapiler — perdarahan pelepasan histamin dan melepaskan katekolamin — terjadi gangguan fungsi protein plasma — kehilangan mobilisasi asam lemak — kehilangan volume cairan kemudian terdapat edema yang bergabung dengan trombosit — pembentukan emboli dan pembuluh darah menyumbat — terjadi penurunan perfusi jaringan.

E. Manifestasi klinis 
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma, hal ini dikarenakan adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak atau edema
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah jaringan sekitarnya.
3. Memar atau ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah dijaringan sekitarnya. 

4. Spasme otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
6. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan ysng terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
7. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
8. Defirmitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang keposisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
9. Shock hipovolemik 
Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan yang hebat.
10. Gambaran X-ray dapat menentukan lokasi dan tipe fraktur.

F. Klasifikasi fraktur
a. Jenis patah tulang
Di lihat dari jenisnya, kasus patah tulang dibedakan dalam bentuk patah tulang tertutup (patah tulang simplek), patah tulang terbuka (patah tulang majemuk), patah tulang kompresi (karena penekanan), patah tulang karena tergilas, patah tulang avulsi dan patah tulang patologis.
 Patah tulang tertutup (patah tulang simplek)
Yaitu tulang yang patah tidak tampak dari luar, tulang keluar merobek daging sekitarnya. Keadaan ini berhadapan dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih pasif, komplikasi kecacatan lebih besar dan komplikasi infeksi lebih tinggi.
 Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk)
Yaitu tulang yang patah tampak dari luar karena telah menembus kulit dan mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

 Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan)
Merupakan akibat dari tenaga yang menggerakan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan paqnjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita usia lanjut yang tulang belakangnya menjadi rapuh Karena osteoporosis.
 Patah tulang karena tergilas
Yaitu tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah kebagian tulang yang terkena mengalami gangguan maka penyembuhannya akan berjalan sanga lambat.
 Patah tulang avulsi
Disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.
 Patah tulang patologis
Terjadi jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh kedalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mengalami patah tulang meskipun denga cedea ringan atau bahkan tanpa cedera sama sekali.
b. Macam-macam bentuk patah tulang 
 Patah tulang tengkorak
Patah tulang kepala dapat bersifat tertutup yaitu tanpa disertai luka dikulit dan dapat pula bersifat terbuks disertai luka robek dikepala.
 Patah tulang belakang
Tulang belakang yang patah dapat membahayakan sum-sum tulang belakang yang terlindung didalam cincinnya, sehingga dapat berakibat kelumpuhan.
 Patah tulang pinggul
Penderita merasa nyeri didaerah diatas kemaluan apabila ia mencoba duduk atau berdiri. Kadang-kadang mengerakan kaki tidak mampu dan apabila disertai dengan kerusakan kandung kencing maka darah akan mengalir bersama air kencing. Patah tulang pinggul adalah salah satu dari penyebab paling umum kelumpuhan pada orangtua.
G. Penatalaksanaan 
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi patah serta usia. Berikut ini beberapa tindakan yang bisa dilakukan sebagai pertolongan awal untuk menangani penderita fraktur :
1. Kenali ciri awal patah tulang dengan memperhatikan riwayat trauma yang terjadi karena benturan, terjatuh, atau tertimpa benda keras yang menjadi alasan kuat pasien fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptic dan usahakan untuk menghentikan perdarahan dengan dibebat dan ditekan menggunakan perban atau kain bersih.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah keposisi semula), namun hal ini tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli atau yang sudah biasa melakukannya.
4. Pertahankan daerah patah tulang denga menggunakan bidai atau papan dari kedua sisi tulang yang patah unutk menyangga agar posisinya tetap stabil.
5. Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri 

H. Komplikasi 
• Malunion (tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya)
• Delayed union ( proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
• Non union (tulang yang tidak menyambung kembali)
• Kekakuan sendi atau kontraktur, Tromboemboli syndrome
• Atrofi otot, Infeksi dan terjadinya dekubitus

I. Pemeriksaan penunjang 
• Pemeriksaan foto radiologi dari faktur untuk menentukan lokasi dan luasnya
• Pemeriksaan CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang.
• Pemeriksaan jumlah darah lengkap 
• Arteografi, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal 



J. Pengkajian data dasar 
a. Aktivitas atau istirahat kehilangan fungsi pada bagian yang terkena keterbatasan mobilitas.
b. Sirkulasi
Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri atau ansietas), hipotensi (respon terhadap kehilangan darah), Tachikardi, penurunan nadi pada bagian distal yang cidera cailary refil melambat, pucat pada bagian yang terkena masa hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Kesemutan, Deformitas, Krepitasi, pemendekan kelemahan
d. Kenyamanan 
Nyeri tiba-tiba saat cidera spasme atau kram otot
e. Keamanan laserasi kulit
Perdarahan, perubahan warna dan pembengkakan local.

K. Prioritas keperawatan
• Mencegah cedera tulang atau jaringan lanjut
• Menghilangkan nyeri
• Mencegah komplikasi
• Memberikan informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a. Identitas klien 
b. Riwayat kesehatan
Klien merasa nyeri dan kadang-kadang diikuti kesemutan dan kebas pada daerah fraktur, adanya edema, pendarahan, krepitasi, hematom, puralitas kulit terbuka, rasa sakit dan bertambah pada saat beraktivitas.
c. Riwayat kesehatan dahulu 
Pernah mengalami fraktur atau trauma sebelumnya, kemungkinan mempunyai riwayat arthtritis, osteoporosis, defesiensi vitamin D, kebiasaan menkomsumsi obat-obat terlarang.

d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada hubungan fraktur dengan keluarga, tapi yang perlu diketahui apakah keluarga ada menderita penyakit keturunan

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
• pemeriksaan rontsen klien fraktur
• tampak adanya luka pada daerah fraktur
• edema, lemah dan hematoma
• terpasang traksi atau gibs
b. Palpasi
• ketegangan otot
• perubahan sensori dan motoris pada ekstremitas yang fraktur
c. Perkusi
• ada reflek atau tidak

3. Data Psikologis
Klien dan keluarganya biasanya cemas, gelisah, takut akibat lamanya dirawat dan komplikasi yang ditimbulkan.

4. Data Social Ekonomi
Dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi karena etiologinya terduga seperti kecelakaan.

5. Data spiritual
Klien mengalami fraktur biasanya akan kesulitan menjalankan ibadah.

6. Pemeriksaan diagnostic
a. Radiologi
- RO photo menentukan lokasi, luasnya fraktur dan trauma
- Scan tulang, tomogram, untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
b. Laboratorium
- Hb menurun terutama fraktur terbuka
- Leokosit meningkat jika terjadi infeksi 
- LED meningkat jika kerusakan jaringan lunak sangat luas

7. Kemungkinan diagnosa
 Gangguan rasa nyaman nyeri B/d pergeseran fragmen tulang terhadap jaringan lunak (Barbara E, 1999)
 Gangguan perfusi perifer B/d penurunan aliran darah akibat adanya cidera vaskuler (Marilyn, E.D, 2002)
 Gangguan mobilitas fisik B/d keterbatasan rentang gerak (Marilyn E.D, 2002).
 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit B/d operasi reduksi, fraktur terbuka
 Gangguan konsep diri ; harga diri rendah B/d perubahan fisik, perasaan negative terhadap tubuh

8. Intervensi keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri B/d pergeseran fragmen tulang terhadap jaringan lunak
Tujuan : nyeri berkurang dan hilang
o Kaji ulang lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri
o Atur posisi klien yang nyaman
o Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktifitas hiburan
o Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
o Observasi tanda-tanda vital
o Kolaborasi pemberian analgetik

b. Gangguan mobilitas fisik B/d keterbatasan rentang gerak
Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan mobilitas fisik
o Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogamkan 
o Tinggikan ekstremitas yang sakit 
o Berikan penyangga pada ekstremitas yang sakit
o Dorong melakukan aktivitas terapeutik
o Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktifitas
o Kolaborasi fisioterapi atau okupasi
9. Implementasi
Setelah rencana keperawatan tersusun rapi, kemudian diterapkan dalam tindakan nyata untuk mendapatkan hasil yang diharapkan

10. Evaluasi
Mengevaluasi perawatan yang telah diberikan dan menilai apakah hasil yang diharapkan tercapai.


REVERENSI
Doenges. E, Marilyn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC 

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapies. FKUI 

Suddarth dan Brunner. (2001). Buku Ajar Keperawatan. Medikal bedah. Jakarta:
EGC 

Tidak ada komentar: