Kamis, 04 Desember 2008

KEP.ANAK-ENCEPHALITIS

LAPORAN PENDAHULUAN 
KLIEN DENGAN ENCEPHALITIS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU



OLEH:

ERNI NOVRIANI, S.Kep
NIM: 0811465770


Pembimbing Akademik: Widya Lestari, SKp, M.Kep.
Pembimbing Lapangan: Ns. Sri Evidila Roza, S.kep.










PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2008

 
ENCEPHALITIS

DEFINISI
Encephalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikro-organisme secara umum disebabkan oleh virus. Encephalitis ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Dalam prakteknya di klinik, diagnosis sering dibuat berdasarkan manifestasi-manifestasi neurologis dan temuan-temuan epidemiologis, tanpa bahan histologis. Umur, musim, kondisi geografi, kondisi iklim, imunitas, sangat berpengaruh pada penyakit ini dan tingkatannya (Arif,2002). Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

ETIOLOGI
I. Infeksi-infeksi Virus
A. Penyebaran hanya dari manusia ke manusia
Disebabkan oleh virus gondongan, campak, virus entero, rubella, virus poks, dan kelompok virus herpes. Kelompok virus herpes ini dapat dibagi 
  menjadi herpes simpleks (tipe 1 dan 2), virus varicela-zoster, virus  
  sitomegalo- congenital (CMV) atau akuista.
B. Agen-agen yang ditularkan oleh antropoda
1. Virus arbo : menyebar ke manusia melalui nyamuk
2. Caplak : epidemi musiman tergantung pada ekologi vektor serangga
C. Penyebaran oleh mamalia berdarah panas.
1. Rabies : saliva mamalia jinak dan liar
2. Virus herpes Simiae (virus “B”) : saliva kera
3. Keriomeningitis limfositik : tinja binatang pengerat
II. Infeksi-infeksi Non virus
Selain virus encephalitis dapat disebabkan oleh riketsia, Mycoplasma pneumoniae, bakteri seperti tuberculosa dan meningitis, spiochaeta, jamur seperti kriptokokosis dan histoplasmosis, protozoa seperti Plasmodium Sp dan Acanthamoeba, metazoa seperti trikinosis dan sistiserkosis.

III. Parainfeksiosa-pascainfeksiosa, alergi
Penderita-penderita dimana agen-agen infeksi atau salah satu komponennya berperan sebagai etiologi penyakit, tetapi agen-agen infeksinya tidak dapat diisolasi secara utuh in vitro dari susunan syaraf. Diduga pada kelompok ini, kompleks antigen-antibodi yang diperantarai oleh sel dan komplemen, terutama berperan penting dalam menimbulkan kerusakan jaringan.
IV. Penyakit-penyakit virus manusia yang lambat.
 Banyak bukti yang menunjukkan bahwa berbagai virus yang didapatkan pada awal masa kehidupan, yang tidak harus disertai dengan penyakit akut, sedikit banyak ikut berperan sebagian pada penyakit neurologis kronis di kemudian hari yaitu Panencephalitis Sklerosis Sub Akut (PESS), penyakit Jacob-Crevtzfeldt (Encephalitis spongiformis), Leukoensefalopati multifokal progresif.
V. Kelompok kompleks yang tidak diketahui
Contoh : Sindrom Reye, Encephalitis Von Economo, dan lain-lain.

KLASIFIKASI
Penyebab encephalitis yang terpenting adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Sesuai dengan jenis virus, encephalitis diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Encephalitis virus sporadik
Virus yangbersifat sporadik adalah virus rabies, Herpes Simpleks Virus 
  (HSV), Herpes Zoster, mumps, limfogranuloma dan limphocytic  
  choriomeningitis yang ditularkan melalui gigitan tupai dan tikus. 
2. Encephalitis virus epidemik
Golongan virus ini adalah virus entero seperti poliomyelitis, virus  
  Coxsacki, virus ECHO, serta golongan virus ARBO.
3. Encephalitis pasca infeksi
Pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella, pasca vaksinasi, dan jenis-jenis virus yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik (Arif, 2002).

EPIDEMIOLOGI
Karena terdapat banyak penyebab encephalitis, maka tidak terdapat pola epidemiologi yang sama. Tetapi sebagian besar kasus yang terjadi pada musim panas dan musim gugur, mencerminkan adanya virus arbo dan virus entero sebagai etiologi. Encephalitis yang disebabkan karena virus arbo terjadi dalam bentuk epidemik, dengan batas wilayah yang ditentukan oleh batas vektor nyamuk serta prevalensi binatang reservoar alamiah. Kasus-kasus encephalitis yang sporadis dapat terjadi setiap musim, pertimbangan epidemiologis yang harus ditinjau ulang dalam usaha mencari agen penyebab meliputi wilayah geografis, iklim, pemaparan oleh binatang, air, manusia, dan bahan makanan, tanah, manusia dan faktor-faktor hospes.

MANIFESTASI KLINIK
Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis encephalitis lebih kurang sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa trias encephalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. 
Manifestasi klinik encephalitis bakterial, pada permulaan terdapat gejala yang tidak khas seperti infeksi umum, kemudian timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah-muntah, nafsu makan tidak ada, demam, penglihatan kabur, kejang umum atau fokal dan kesadaran menurun. Gejala defisit nervi kranialis, hemiparesis, refleks tendon meningkat, kaku kuduk, afasia, hemianopia, nistagmus dan ataksia. Pada encephalitis viral gejala-gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran nafas atas atau gastrointestinal selama beberapa hari kemudian muncul tanda-tanda radang SSP (sistem saraf pusat) seperti kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur (Harsono,2003). 

I. Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
• Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.  
• Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah 
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
• Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

Penyebab Ensefalitis:
Penyebab terbanyak : virus
Sering : - Herpes simplex 
  - Arbo virus
Jarang : - Entero virus  
  - Mumps  
  - Adeno virus 
Post Infeksi : - Measles
  - Influenza
  - Varisella  
Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.

Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus denque, virus polio, cockscakie A, B, Herpes Zoster, varisela, Herpes simpleks, variola.

Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :
- Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
- Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.  
   
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti untuk encephalitis ialah berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi jaringan otak. Scara praktis diagnostik dibuat berdasarkan manifestasi neurologik dan informasi epidemiologik (komite Medik RSUP Dr. Sadjito, 2000).
Hal-hal penting dalam menegakkan diagnosis encephalitis adalah :
1. Panas tinggi, nyeri kepala hebat, kaku kuduk, stupor, koma, kejang dan gejala-  
  gejala kerusakan SSP(sistem saraf pusat).
2. Pada pemeriksaan cairan serebro spinal (CSS) terdapat pleocytosis dan sedikit 
  peningkatan protein (normal pada ESL).
3. Isolasi virus dari darah, cairan serebro spinal(CSS) atau spesimen post mortem  
  (otak dan darah)
4. Identifikasi serum antibodi dilakukan dengan 2 spesimen yang diperoleh dalam  
  3-4 minggu secara terpisah (Kempe,2000).
Pemeriksaan laboratoriumdapat dilakukan dengan pemeriksaaan pungsi lumbal,darah, serologi,CT Scan kepala dan EEG(Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 2000).

PENATALAKSANAAN
Penderita baru dengan kemungkinan encephalitis harus dirawat inap sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif,2002). 
Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada encephalitis  
  biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang 
  sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam 
  bentuk infus selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S  
  (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh 
  anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam  
  3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan  
  intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat  
  diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 
  0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak 
  toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
5. Pengobatan kausatif.
  Sebelum berhasil menyingkirkan etilogi bakteri, terutama abses otak (encephalitis bakterial), maka harus diberikan pengobatan antibiotik parenteral. Pengobatan untuk encephalitis karena infeksi virus herpes simplek diberikan Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai 30 mg/kgbb per hari selama 10 hari. Jika terjadi toleransi maka diberikan Adenine arabinosa (vidarabin). Begitu juga ketika terjadi kekambuhan setelah pengobatan dengan Acyclovir. Dengan pengecualian penggunaan Adenin arabinosid kepada penderita encephalitis oleh herpes simplek, maka pengobatan yang dilakukan bersifat non spesifik dan empiris yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan serta menopang setiap sistem organ yang terserang. 

PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada kecepatan dan ketepatan pertolongan. Disamping itu perlu dipertimbangkan pula mengenai kemungkinan penyulit yang dapat muncul selama perawatan. Edema otak dapat sangat mengancam kehidupan penderita.
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada etiologi penyakit dan usia penderita. Bayi biasanya mengalami penyulit dan gejala sisa yang berat. Encephalitis yang disebabkan oleh VHS memberi prognosis yang lebih buruk daripada prognosis virus entero.
Kematian karena encephalitis masih tinggi berkisar antara 35-50 %. Dari penderita yang hidup 20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa. Penderita yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata dalam perkembangan selanjutnya masih menderita retardasi mental, epilepsi dan masalah tingkah laku (Hasan,2002).

II. PENGKAJIAN
1. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.  
4. Riwayat penyakit dahulu 
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
6. Imunisasi 
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP. Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.

III. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a. Kebiasaan
sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
b. Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
a. Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
b. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai 
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.  
c. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,berat badan kurang dari normal.
Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun 
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir. 
Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi.
Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
b. Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun ,konsentrasi urine pekat.
4. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.
5. Pola Aktivitas
a Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM. Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitis dengan gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung, ginjal, mudah terkena infeksi, aktifitas togosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
6. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7. Pola Persepsi dan pola diri
 Pada klien Ensenfalitis umur > 4 , pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image, seef Eslum, identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.

8. Pola sensori dan kuanitif
a. Sensori
  - Daya penciuman  
  - Daya rasa  
  - Daya raba 
  - Daya penglihatan  
  - Daya pendengaran

9. Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.
10. Pola penanggulangan Stress  
Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran: 
- Stress fisiologi  biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
- Stress Psikologi tidak di evaluasi  
11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan 
Anak umur 3-4 tahun belum bisa dikaji  
   
PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI
1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2. Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 
1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun 
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil: Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi 
Endogen.

Intervensi
1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan 
Meningkosamia .
3. Berikan antibiotika sesuai indikasi 
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu. 

2. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan : Tidak terjadi trauma
Kriteria hasil : Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain
Intervensi :
1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas. 
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak 
  Tergigit.
  Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo. 
3. Kolaborasi. Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4. Abservasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.


3. Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang
Tujuan : Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi
  Dapat menggerakkan anggota tubuh
Intervensi
1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik, Terjadi kekacauan sendi.
R/ Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau 
  Membantu program perawatan .
2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap 
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor 
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam 
R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh.
4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam 
R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan intervensi segera
5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai 
Indikasi
R/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang 

DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
 Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
 1997.
Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan 
Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 
 1986.
Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku 
 Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.
Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta
Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, 2000, Encephalitis dalam Sutoyo, Standar 
Pelayanan Medis, Ed. 2, h : 198-200, Medika Fakultas Kedokteran UGM,
Yogyakarta.
Arif M., 2002. Encephalitis, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, H : 60-66, 
Medik Aesculapius FK UI, Jakarta.
Harsono, 2003. Encephalitis, Neurologi Klinis, Edisi 3, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Kempe, C.H., 2000, Infections, Bacterial and Spirochaetal In Jerry L. Eller, Current
Pediatric Diagnosis and Treatment, 7 ed., p : 732-733, Lange Medical 
Publications, Los Atlos, California.
Hasan R, 2002. Encephalitis, Ilmu Kesehatan Anak, H : 622-624, Fakultas 
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Domingues RB, Tsanalics AM. Pannuti CS, et al,1997. Evaluation of the range of 
clinical presentations of herpes simplex encephalitis by using polymerase 
chain reaction assay of cerebrospinal fluid samples. Clin Infect Dis, 25: 86–9
http://www.emedicinehealth.com/encephalitis/page8_em.htm
http://www.encephalitis.infoTheIllnessWhatisEncephalitis.html.htm
http://www.wikipedia.com
http://www. MedlinePlus Encephalitis.com
http://www. MayoClinic_com.htm
 
PATOFISIOLOGI ENSEFALISTIS
  Virus / Bakteri 
   
 
  Mengenai CNS 
   
   
  Insevalitis
   

   
  Tik Kejaringan Susu Non Saraf Pusat Panas/Sakit kepala
   

Muntah- muntah Kerusakan- kerusakan susunan MK: Rasa nyaman 
  Mual Saraf Pusat
   

BB Turun  
  - Gangguan Penglihatan Kejang Spastik
  - Gangguan Bicara  
Nutrisi Kurang - Gangguan Pendengaran Resiko Cedera
   
   
- Gangguan Sensorik - Kekemahan Gerak Motorik  


Resiko Contraktur

Tidak ada komentar: